Minggu, 31 Mei 2009

Rencana Revisi Eskpor Rotan

Kamis, 28 Mei 2009 | 15:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Asosiasi mebel dan kerajinan Indonesia (Asmindo) mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan revisi aturan ekspor rotan yang lebih ketat dan tegas sanksinya bagi yang melanggar.

"Dalam dua pekan ini diharapkan aturan yang baru sudah keluar agar tidak terjadi lagi kontroversi," kata Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahjono di Jakarta, Kamis (28/5).

Menurut dia, ekspor rotan memang tidak bisa dilarang sepenuhnya karena menjadi sumber pendapatan daerah penghasil rotan. Namun, Ambar minta pemerintah untuk tegas mengatur dan memberi sanksi bagi pihak yang melanggar aturan.

"Selama ini masih ada pihak nakal yang melakukan wajib pasok rotan pada industri fiktif, bill of loading ekspornya palsu. Pemerintah harus tegas menindak mereka, jangan dibiarkan saja," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Ambar, Asmindo telah mengusulkan agar pemerintah membuat aturan wajib verifikasi ekspor rotan untuk memantau ekspornya sehingga industri dalam negeri mendapat kepastian pasokan.

"Eksportir Terdaftar Rotan (ETR) seharusnya hanya mendapat kuota ekspor 30 persen dari jumlah rotan yang dipasok kepada industri kerajinan rotan di dalam negeri," tuturnya.

Selain pemberian kuota yang tegas, Ambar minta pemerintah tidak memberikan status ETR dan Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK) pada satu perusahaan untuk mencegah adanya pelanggaran.

"Kalau satu perusahaan memiliki status ETR dan ETPIK, nanti dia bisa gunakan ETPIK untuk ekspor furnitur, padahal yang diekspor adalah rotan bahan baku," katanya.

Selama ini, pengaturan ekspor rotan dinilai terlalu longgar sehingga menyebabkan banyaknya penyelundupan dan pasokan terhadap industri kerajinan terhambat. Padahal, realisasi ekspor rotan yang tercatat selalu di bawah kuota yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan. EDT (Antara).

KEUNIKAN ROTAN INDONESIA

Rotan dalam struktur dunia tumbuh-tumbuhan termasuk dalam Famili/suku Palmae, dimana sampai saat ini sudah dikenal sebanyak 15 suku yaitu : Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, Calospatha, Bejaudia, Cornera, Schizospatha, Eremospatha, Ancitrophylum dan Oncocalamus.

Di Indonesia sampai saat ini ditemukan sebanyak 8 suku yaitu Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, dan Calospatha. Dari 8 suku tersebut total jenisnya di Indonesia mencapai tidak kurang dari 306 jenis penyebarannya di pulau Kalimantan sebanyak 137 jenis, Sumatera sejumlah 91 jenis, Sulawesi menyebar sebanyak 36 jenis, Jawa sejumlah 19 jenis, Irian 48 jenis, Maluku 11 jenis, Timor 1 jenis dan Sumbawa 1 jenis.

Sampai saat ini jumlah yang benar-benar diketahui memiliki sifat dan memenuhi syarat serta kualitas yang dipersyaratkan untuk berbagai penggunaan berjumlah 50 jenis dari jumlah tersebut yang benar-benar memiliki nilai komersial tinggi dan banyak dipungut dan kemudian diiolah menjadi bahan baku meubel dan kerajinan baru berkisar 26 jenis saja.

Bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan, rotan selalu identik dengan sejenis tumbuhan yang tumbuh dan menjalar diantara batang pohon untuk tumbuh memanjang menjangkau langit dengan batang secara keseluruhan dibaluti dengan pelepah yang memiliki duri-duri tajam.

Dalam hal memenuhi kebutuhan untuk menyediakan permintaan dunia akan keperluan produk rotan, negara kita pun tak diragukan karena sudah sejak abab ke–18 selalu menjadi pelopor dalam menyediakannya, di mana hampir 80 % keperluan akan rotan dunia di pasok oleh Indonesia, sekaligus pula mendapat pengakuan sebagai penghasil rotan terbaik yang mendominasi penggunaan rotan dunia.

Mengingat sampai saat ini produk bahan mentah rotan alam kita dipasaran International tidak memiliki pesaing yang berarti di satu fihak dan di lain fihak permintaan dunia akan rotan setiap tahunnya masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan pasarnya, maka adanya langkah untuk merintis pengembangan usaha pengolahannya nampaknya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.

Peradaban manusia khususnya masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal dan menggunakan rotan dalam berbagai keperluan hidupnya sehari-hari, bahkan dibeberapa tempat bahan rotan telah menjadi pendukung perkembangan budaya masyarakat setempat.

Sampai saat ini tidak pernah diketahui secara pasti sejak kapan awal dimulainya pertama kali kebiasaan atau budaya masyarakat Indonesia, dalam pemanfaatan rotan dengan segala produknya bagi mendukung perilaku, budaya dan keperluan keseharian masyarakat disekitar hutan.

Pada awal sejarah penggunaanya rotan dimanfaatkan bukan saja karena jenis tanaman rotan merupakan jenis tanaman yang memiliki keunikan dan ciri khas yang berfungsi sebagai tali pengikat yang ulet dan kokoh yang ternyata tidak dimiliki oleh jenis tumbuhan lainnya.

Ada banyak perbedaan dalam hal penggunaan tumbuhan rotan di masa lalu dengan saat ini, namun yang pasti perbedaan itu terletak dalam manfaat dan peranannya bagi mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia.

Pada masa lalu terbatasnya penggunaan rotan oleh penduduk lokal disebabkan karena tingkat pengetahuan, keperluan dan kreaatifitas masyarakat pada saat itu belum berkembang seperti saat ini, di tambah dengan belum meningkatnya kebutuhan akan keperluan berbagai bahan olahan dari rotan itu sendiri. Hal itu menyebabkan kegiatan untuk memproduksinya secara lebih besar dan ekonomis belum banyak dilakukan, lebih-lebih untuk mata dagangan.

Lebih dari itu pula, rotan yang kalau pada awal sejarah penggunaannya di pakai hanya terbatas bagi keperluan bahan tali pengikat dan bahan pembuatan alat penangkap ikan, maka akibat perubahan sikap, minat, perilaku serta perkembangan ekonomi, kini rotan telah berkembang begitu beragam kegunaan dan manfaatnya. Kegunaan dan manfaat rotan secara lansung antara lain bukan saja yang dihasilkan dari batangnya, tetapi juga bentuk tumbuhan lainya seperti buah, akar dan daunnya.

Sejak beberapa tahun lalu telah muncul banyak produk meubel berbahan baku rotan sintetis sebagai pesaing rotan alam dalam pembuatan perabot rumah tangga, namun dalam kenyataannya rotan sintetis tetap tidak dapat mengalahkan keaslian rotan alam. Meskipun penggunaan bahan baku campuran plastik terlihat lebih praktis, justru bahan ini tidak mempunyai nilai tambah keasliannya. Keaslian inilah yang dapat menjadi daya tarik rotan alam dibanding dengan rotan sintetis. Sekali merasakan keaslian dan keindahan rotan yang asli berasal dari alam, maka kita pasti tetap akan memilih rotan alam asli.

Pemilihan dan Pemanfaatan material rotan sebagai bahan bahan baku pembuatan mebel, seperti kursi, meja tamu, serta rak buku serta beragam aneka kerajinan, secara fisik memiliki beberapa keunggulan daripada kayu dan produk lainnya, yaitu ringan, kuat, elastis, serta mudah dibentuk. Selain itu rotan lebih cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen sehingga dianggap lebih mendatangkan keuntungan. dengan mempertahankan keasliannya, maka perabot atau furnitur dari rotan akan kelihatan klasik dan alami.

Trend kembali ke bahan dasar yang dihasilkan dari alam yang ramah lingkungan dipastikan akan mendorong penggunaan bahan baku rotan alam sebagai bahan baku perabot rumah tangga.

Buku : Indonesia Rotan


ROTAN INDONESIA, Potensi Budi Daya Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan .

Oleh : Ir. Januminro, M.Si




Penerbit : Kanisius - Yogjakarta
Bahasa : Indonesia
Tahun Terbit : 2000 dan 2005.
Halaman : 236
Ukuran : 148 x 210
Harga : Rp. 50.000,-
Pemesanan dapat melalui email : Januminro@yahoo.com.
Tranfer dana melalui BCA Cabang Palangka Raya An. Januminro, No. Rek. 86 000 24 036.

Sinopsis Buku:

Di Indonesia, rotan dikelompokkan sebagai bentuk hasil hutan ikutan atau hasil hutan nonkayu. Dalam jajaran sektor hasil hutan ikutan, rotan menjadi primadona bagi pemasok devisa negara. Produk rotan Indonesia di pasaran internasional terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rotan dan produk rotan Indonesia mempunyai posisi dan peranan yang penting di dunia. ;Kiranya penerbitan buku ini dapat melengkapi pustaka perihal jenis-jenis rotan yang potensial dan produksi rotan di Indonesia, teknik budidaya, pemungutan hasil, pengolahan hasil, kebijakan tataniaga, dan prospek pengusahaannya di masa yang akan datang.